Welcome ing blognya "GANAPATI"

pilih bahasa lain juga boleh

English French German Spain Italian Dutch

Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified

Selasa, 19 April 2011

Resensi DI Bawah Lentera Merah

Resensi Novel



Judul Buku                   : Soe Hok Gie: Di Bawah Lentera Merah
Penulis                          : Soe Hok Gie
Penerbit                        : Yayasan Benteng Pustaka
Tahun Terbit                 : 1999
Kota Terbit                  : Yogyakarta
Jumlah Halaman            : v + 68 halaman

Soe Hok Gie merupakan tokoh Indonesia yang kokoh akan pendiriannya. Setelah menulis pada buku hariannya mengenai kritik terhadap Orde Lama dan Orde baru dan dimuat dalam bukunya yang berjudul Catatan Seorang Demonstran. Kini dari skripsinya dia menulis tentang Sarikat Islam dan dibukukan menjadi Di bawah lentera Merah.
Di sini Soe Hok Gie mempelajari dari buku – buku yang ada dan dari bukti – bukti yang pernah ada baik dari koran pada masa itu atau bertanya pada tokoh yang masih ada. Dengan rencana seperti itu, bukan berarti tanpa masalah. Dalam pengumpulan data oleh Soe Hok Gie dia banyak menemukan masalah dari koran yang dijadikannya sebagai sumber yang sangat sulit dicari dan kalaupun ada pasti rusak hingga pada subyek yang di wawancarainya yang banyak telah meninggal dunia.
Skripsi yang dibuat oleh Soe Hok Gie Ini disusunnya guna memenuhi tugas akhir dalam menenpuh Ujian Sarjana Muda Jurusan sejarah Fakultas Sastra Universitas Indonesia. Dan yang diceritakannya adalah mengenai perjuangan Sarekat Islam dalam masa pergerakan Nasional pada awal abad ke 20.
Sarekat Islam awalnya hanyalah sebuah organisasi kecil yang dipimpin oleh Mohammad Yusuf berganti menjadi Samoean di wilayah Semarang. Samoean pada awal kedudukannya sebagai pemimpin Sarekat Islam di wilayah Semarang memang belum melakukan perubahan. Namun seiring dengan waktu berkembang, ia mampu membuat gerakan – gerakan yang membantu rakyat kecil dan tertindas akibat perjanjian Agraria.
Perjanjian Agraria yang mana membuka peluang untuk pengusaha asing agar menanamkan modalnya di Indonesia awalnya memang berdampak baik bagi penduduk Indonesia. Yang muali dihapuskannya tanam paksa sehingga meringankan beban rakyat. Namun lama kelamaan itu membuat rakyat lebih tersiksa dengan monopoli oleh orang yang beruang untuk menyewa tanah milik rakyat. Memang orang asing tidak boleh membeli tanah milik rakyat. Namun dengan kekuasaan uang yang dimiliki dan keberpihakan Pemerintah Hindia Belanda kepada pihak yang berduit sehingga mereka leluasa untuk menyewa tanah milik rakyat yang leluasa untuk menyuap kepala desa untuk mau menyewakan tanah milik warganya kepada pemodal asing. Penyuapan yang diberikan pemodal asing sangat tidak sebanding hanya 2,5 rupiah Belanda untuk setiap tiga perempat Hektar (sebahu).
Tanah yang disewa oleh pemodal asing digunakan untuk menanam tebu. Hal itulah yang membuat rakyat semakin sengsara, akibat monopoli dari pihak pengusaha untuk mengusai tanah – tanah warga. Rakyat kecil yang awalnya sebagai petani hanya menjadi buruh dan digaji 2,5 sen setiap harinya sedangkan harga kebutuhan pokok melambung tinggi. Hal itu mengakibatkan rakyat yang awalnya makan nasi menjadi makan singkong, dan jagung. Hal demikian membuat hati Semaoen, dalam kongres CSI dia mengutarakan tentang jiwa sosialis untuk melindungi rakyat kecil. Namun itu bertentangan dengan pendapat Abdoel Moes yang berjiwa nasionalis. Sehingga perdebatan sengit pun terjadi antara keduanya. Namun akhirnya mempunyai kesepakatan untuk anti pemerintahan hindia belanda yang hanya manis di mulut saja. Pemerintah belanda berjanji untuk membentuk dewan legislatif, mungkin rakyat bisa tertolong. Namun tidak karena hampir 90% dari anggota legislatif itu adalah orang belanda sendiri dan hanya satu orang yang pro rakyat yaitu dr. Tjokroaminoto. Sedangkan ketika ada gerakan untuk membela rakyat belanda membuat peraturan yang keras kalau ada orang yang tidak setuju atau berkeinginan menjatuhkan kekuasaan pemerintah hindia belanda.
Tak lepas dari kelaparan yang ada pada rakyat. Timbul masalah baru yaitu wabah pes, banyak sekali yang terkena wabah. Pemerintah hanya mau bertindak kalau ada dari golongannya yang terkena wabah pes. Wabah pes sendiri diakibatkan karena rakyat yang hidup di lingkungan kumuh dan tergenang air dan rumahnya tidak terkena sinar matahari. Sehingga wabah pes berkembang dengan pesat di kalangan rakyat. Kotrapaja menegeluarkan kebijakan dengan membakar rumah rakyat dan memberi waktu untuk rakyat guna membangun rumah baru. Namun bagi yang tidak punya uang untuk membangun rumah, mereka membangun perumahan rakyat. Ketidakadilan itu membangunkan sifat sosialis para anggota Sarekat islam. Mereka mengecam pemerintah, dan mendapat sambautan hangat dari rakyat perkampungan.
Perjalanan Sarekat Islam tidak selalu mendapat jalan lurus. Pemerintah hindia belanda tidak tinggal diam denagn perkembangan Sarekat Islam, akhirnya banyak dari pemimpin – pemimpin sarekat Islam yang dipenjara tanpa tuduhan yang jelas sehingga menghambat jalan sarekat Islam dalam menegakkan keadilan sosial di Indonesia.
Dalam kongres ketiga CSI memutuskan reorganisasi pada sarekat Islam Semarang. Namun Samoean tetap sebagai ketua dan Marco sebagai komisaris. Perjalanan Sarekat Islam tak ubahnya seperti ISDV. Awalnya ISDV banyak diisi oleh orang Belanda, namun lambat laun diisi oleh orang Indonesia dan untuk pemimpinnya tetap dari Orang Belanda agar mudahnya komunikasi dengan pemerintah. Marco adalah sifat yang teguh, meskipun dia sering masuk penjara karena kata – katanya dalam surat kabar yang dituduh menghina Belanda dan diasingkan. Namun di Belanda dia bertemu dengan tokoh yang juga pro Indonesia. Akhirnya pemerintah belanda pun memulangkan kembali Marco. Ditengah perjalanan dia menulis buku yang juga menghina pemerintah Hindia belanda. Hingga akhirnya dia masuk penjara lagi.
Pergerakan abad ke 20 berbeda dengan masa sebelumnya yang hanya karena kepentingan agama dan dipimpin oleh pemimpin agama. Namun ketika pemimpinnya tumbang, maka tumbanglah perlawanan. Perlawanan di abad ke 20 adalah akibat dari perkembangan globalisasi dan berkembangnya komunikasi.
Kelebihan:
Buku ini menceritakan sejarah masa lalu yang tidak dituliskan dalam buku sejarah, sehingga pembaca lebih tahu tentang apa yang ada di sekitar peristiwa pergerakan nasional. Bukan hanya tahu tengahnya namun tahu juga sekelilingnya. Buku ini juga merupakan landasan bagi pembaca betapa kerasnya perjuangan pendahulu Indonesia untuk memerdekakan Indonesia. Buku ini akan menambah rasa nasionalisme ketika mendalami isi buku ini.

Kekurangan:
Mungkin tidak ada yang sempurna, begitu pula dengan buku ini dalam buku ini hanya menjelaskan perjuangan Sarekat Islam dalam masa pergerakan nasional. Tidak dituliskan tentang apa akhir dari Sarekat islam maupun bagaimana berdirinya Sarekat Islam. Banyaknya istilah asing juga membuat buku ini sulit di jelaskan. Istilah tersebut rata – rata tidak diberi penjelasan yang lebih detail contohnya CSI, ISDV, ISDP, dll. Dalam buku ini juga dijelaskan tentang tumbuhnya komunisme di Indonesia. Tidak menjelaskan tentang lebih detail. Sehingga menimbulkan rasa penasaran dari pembaca mengenai setelah dan sesudah peristiwa itu.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar